cerpen The Dark Of Sorrow

The Dark Of Sorrow

Penulis Farial Nursohrah

Sekelebat angin telah menerbangkan sehelai demi sehelai rambut hitam, panjang,
bergelombang, milik seorang gadis cantik bernama Deify Aquila. Deify atau yang kerap di
sapa Ify itu tengah berjalan menyusuri jalanan sepi perumahannya. Dia akan berangkat ke
sekolahnya, dan seperti biasa dia selalu menggunakan bus untuk menuju sekolahnya.
Ify selalu jalan dengan langkah lumayan cepat, dan gadis itu selalu menunjukkan aksen
dingin disertai mata tajam elang kepada semua orang.
Walaupun dia di kenal sebagai Aphrodite disekolahnya. Tapi, tetap saja tak ada satu pun
orang yang berani mendekati gadis itu.
Aphrodite atau “Dewi Cinta” yang di kenal sebagai salah satu dewi yang mempunyai sejuta
pesona, memang pantas menjadi julukan Ify. Sebab, Ify adalah Most Wanted Girl di
sekolahnya. Semua warga sekolah mengenal gadis itu. Gadis cantik yang selalu diidamidamkan
seluruh kaum adam di sekolah itu. Bagaimana tidak? Ify terlihat sangat cantik
dengan rambut yang selalu tergerai. Dia juga memiliki kulit putih yang begitu bersih. Tidak
hanya itu, Ify juga mempunyai dagu tirus, hidung mancung, dan mata hazel berwarna coklat
yang begitu indah. Terlebih, Ify selalu mendapatkan peringkat paralel pertama disekolahnya,
dan itu semakin membuatnya dikagumi oleh semua siswa. Itulah sebabnya dia di panggil
Aphrodite, sebab dia bisa menarik seluruh perhatian orang lain hanya dari penampilannya. Comment [1]:
Tetapi, walaupun dikenal sebagai Aphrodite atau pun sebagai siswi paling cerdas yang
memliki intelektual tinggi di sekolah, tetap saja Ify tak mempunyai teman. Mata hazel
coklatnya selalu menajam layaknya Elang. Mungkin karena arti nama belakangnya Aquila
yang berarti Elang. Entahlah.
Aquila adalah salah satu rasi bintang. Dan nama itu diberikan oleh mendiang ayahnya. Ya,
ayah Ify sudah tiada saat Ify menginjak usia 7 tahun. Bukan hanya ayahnya, ibundanya pun
sudah tiada dan beliau meninggal di waktu, tempat, dan kejadian yang sama dengan
suaminya yang tak lain tak bukan adalah ayah Ify.
Ayah Ify sangat menyukai ilmu astronomi, dan beliau sangat menyukai rasi bintang. Oleh
sebab itu, Ify dinamakan Aquila di nama belakangnya.
Kini Ify yang berstatus sebagai seorang anak yatim piatu tinggal bersama neneknya di
sebuah rumah sederhana di kalangan Jakarta.
Aneh. Satu kata yang selalu terngiang di otak para siswa dan siswi ketika melihat Ify. Sebab,
gadis itu dengan sangat hebat bisa hidup individu, sedangkan manusia adalah makhluk
sosial. Semua orang tak ada yang berani mendekati Ify, sebab gadis itu sangatlah dingin. Dia
tak mempunyai teman sama sekali. Karena dia tidak percaya dengan siapapun. Semenjak
kejadian itu, Ify jadi tak mau mempercayai siapapun. Sehingga dia tidak bisa bersosialisasi
dengan siapapun.
Kejadian itu, kejadian sebelas tahun lalu. Kejadian yang telah membuat kedua orang tuanya
harus merenggut nyawa. Kejadian yang masih selalu terekam di otak Ify karena dia melihat
dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kedua orang tuanya mati mengenaskan. Kejadian
yang tak pernah ia lupakan dan tak bisa ia lupakan. Kejadian yang apabila dia ingat kembali
dapat menyesakkan hatinya. Kejadian yang sangat dia benci! Dan kejadian yang
merubahnya menjadi seorang gadis dingin dan pendendam.
Flashback On
Jantung Ify berdegup sangat kencang. Keringat dingin mengalir di seluruh tubuhnya. Dia
terus menggenggam tangan sang ibunda. Dan dia bisa melihat ibunya sudah mengeluarkan
butiran-butiran hangat dari matanya.
“Bunda, Ify takut,” gumam Ify yang saat itu masih berusia tujuh tahun.
“Tenang sayang, bunda ada di sini, disampingmu,” bisik ibunda Ify dengan suara yang
begitu serak.
DOOR..
DOOR..
Ify dan ibundanya bisa mendengar suara dentuman yang amat keras itu, suara itu seperti
bergema. Sangat kencang, dan langsung membuat Ify semakin ketakutan. Ify tau, pasti
sosok misterius yang masuk ke rumahnya itu telah membunuh ayahnya.
“Bunda.... Ayah, gak apa-apa kan?” tanya Ify dengan air mata mengembang di pelupuk
matanya.
Bunda Ify memeluk Ify sambil menangis tersedu-sedu. Dia tak menjawab ucapan Ify. Dia
terus menangis.
“Bun, tolong jangan tinggalin Ify..... Ify takut,”
“ADA DI MANA KAMU WINDA? CEPAT KELUAR! KALAU TIDAK! AKAN KUHABISI SELURUH
ANGGOTA KELUARGAMU TANPA TERKECUALI!” teriak seseorang dari balik pintu kamar yang
kini sedang menjadi tempat persembunyian Ify dan ibundanya.
Winda, ibunda Ify menatap nanar pintu kamar. Dia tau, orang misterius itu kini berada di
balik pintu kamar. Tak lama, dia mendengar suara dobrakan pintu. Dia yakin orang
misterius itu sudah mendobrak seluruh pintu ruangan. Dan kamarnya adalah ruangan yang
tersisa yang belum di dobrak.
“Winda, aku tau kamu ada di dalam,” ucap suara itu dari balik pintu.
Winda semakin panik, jika memang dengan cara memberikan nyawanya bisa membuat
sosok misterius itu puas. Dia rela memberikan nyawanya. Dari pada seluruh anggota
keluarganya harus ikut merenggut nyawa.
“Ify, dengarkan ibu baik-baik. Sekarang kamu masuk ke kolong tempat tidur,” bisik Winda
dengan air mata yang terus mengalir, dengan lembut wanita itu menghapus keringat di
pelipis Ify, lalu membelai sayang rambut anak satu-satunya itu.
“Tapi bunda?”
“Jangan pikirkan bunda, pikirkan diri kamu sendiri. Ayo Fy, kamu kan anak penurut,”
“Tidak bun!”
Knop pintu kamar mulai bergerak dengan gerakan atas-bawah, Winda dan Ify semakin
tegang.
Winda mulai ketakutan, dia memegang kedua bahu Ify sambil menggoyang-goyangkan
pelan. “Fy! Dengarkan bunda! Kamu harus masuk ke kolong tempat tidur! Jangan pedulikan
bunda! Ini perintah!,”
Tangisan Ify semakin deras walaupun tanpa suara.
“Aku akan mendobrak pintu ini!” ucap seseorang di balik pintu.
Winda semakin ketakutan, dia merogoh saku celananya dan memberikan ponselnya ke Ify.
“Ini! Di kolong tempat tidur kamu hubungi Paman Dion, sms saja. Kamu anak pintar kan?
Kamu anak cerdas Fy. Bunda sayang sama kamu, sekarang masuk ke kolong tempat tidur!”
Ify mengambil ponsel itu, dan dengan berat hati dia masuk ke kolong tempat tidur.
BRAAAAAK
Ify bisa mendengar suara pintu kamar itu sudah di dobrak. Air mata hangat itu semakin
mengalir membasahi pipi manis Ify. Dengan berat hati, Ify mulai mengetikkan pesan singkat
ke pamannya untuk meminta bantuan.
“Rupanya kamu benar ada disini, hahaha,”
Ify bisa mendengar suara itu, dan Ify bisa melihat dari kolong tempat tidur. Sepasang kaki
tengah melangkah menuju ibundanya. Dan yang Ify lihat, orang itu seperti mengenakan
jubah hitam yang sangat panjang. Seperti pembunuh yang ia lihat di televisi.
“Apa? Apa yang kamu inginkan dari keluargaku?”
“Apa? Apa kata mu? Kamu lupa? Kamu lupa..... Kamu sudah membuat kehidupan ku hancur.
Sepuluh tahun lalu, aku selalu ada disampingmu sebagai seorang sahabat. Aku sangat
mencintaimu, tapi kamu tidak pernah membalas perasaanku. Terlebih kamu malah memilih
Dave! Siswa yang selalu mengejekku, selalu mencemoohku, membullyku. Sampai akhirnya
kamu menikah dengannya, padahal kamu tau kan? DIA MUSUH TERBESARKU! KAMU TAU
KAN? DIA MUSUH SAHABAT MU, SAHABAT YANG SELALU ADA DISAMPINGMU. Bukan hanya
itu..... Tiga tahun lalu, kamu memecat seorang asisten rumah tangga dari rumah ini dengan
tuduhan mencuri. Padahal kamu tau, sang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mu
adalah ibu kandung sahabat mu. Dan kamu juga tau, adik sahabat mu baru saja akan
menggapai cita-citanya tapi hancur seketika ketika ibunya di pecat olehmu. Orang yang
telah kamu pecat itu adalah IBUKU!”
“Ka....kamu Reyhan?”
Orang itu membuka topengnya. “Rupanya kamu masih pandai menebak,”
“Ta...tapi tidak mungkin. Apa yang kamu lakukan?”
“Tak usah banyak tanya!”
DOOR..
DOOR..
Flashback Off
Ify sudah sampai di depan gerbang sekolah. Dia memasuki area sekolah tanpa senyum sama
sekali dari bibirnya. Saat sedang berjalan menyusuri koridor sekolah, Ify melihat seorang
lelaki yang kini tengah mendribble basket menuju ring di Lapangan Basket. Mata Ify tak
beralih dari lelaki itu. Meskipun Ify terkenal dingin bahkan bukan makhluk yang mudah
bersosialisasi tapi tetap saja yang namanya cinta, dia merasakannya.
Lelaki itu terlihat tersenyum, dan itu membuat Ify sedikit tersenyum tipis. Lelaki itu adalah
Orion Adyastha Cetta. Awalnya Ify tidak tertarik dengan siapapun, tetapi rasa itu muncul
ketika dia merasa memiliki kesamaan dengan Orion atau yang biasa di sapa Rio itu.
Kesamaan mereka terdapat di nama mereka, Ify pikir hanya orang tuanya saja yang
memberikan namanya dari rasi bintang, ternyata tidak. Orang tua Rio juga memberikan
nama Rio dari rasi bintang. Orion adalah salah satu rasi bintang yang sangat indah. Juga,
lelaki itu memiliki nama yang unik dengan arti yang menarik, sama seperti Ify yang sangat
menyukai hal-hal unik. Adyastha artinya Pemimpin, sedangkan Cetta artinya
berpengetahuan luas. Pada kenyataannya, Rio memang tidak kalah cerdas dari Ify. Dia selalu
mendapatkan peringkat paralel kedua.
Tiba-tiba bel berbunyi, dengan cepat Ify melangkah menuju kelasnya.
Seperti biasa, ketika di kelas dia selalu bungkam, tak ada suara sama sekali. Ify begitu
konsentrasi ketika guru menjelaskan materi saat ini, meskipun beberapa teman lainnya
terlihat tak konsentrasi.
Dalam sekejap, konsentrasinya buyar saat seorang lelaki memasuki kelasnya. Ya, dia adalah
Rio. Lelaki berkulit putih, berkumis tipis, hidung mancung, dan bertubuh tinggi itu
mengucapkan salam lalu menghampiri guru yang kini tengah menjelaskan materi.
Mata Ify lagi-lagi tak beralih dari Rio, lelaki itu sedang berbicara dengan guru diselingi
senyuman-senyuman manis. Seluruh siswi dikelasnya pun tengah berbisik-bisik
membincangkan Rio.
 
Sebenarnya Rio beberapa kali mencoba mendekati Ify, namun entah mengapa Ify tetap
tidak mau mempunyai satu teman. Mungkin saja sebenarnya Rio juga menyukai Ify. Seorang
Aphrodite seperti Ify memang wajar dikagumi banyak orang.
Pendekatan Rio kepada Ify terjadi satu tahun silam, saat Rio memang mengaggumi Ify.
Tetapi, sekarang Rio tidak lagi mengejar Ify. Lelaki itu lebih memilih diam, namun Ify masih
sering kali memergoki Rio sedang memperhatikannya. Tapi, Ify juga lebih memilih diam.
Malam begitu pekat, sama seperti hati Ify yang juga sangat pekat. Hatinya tak keruan sejak
pulang sekolah tadi. Bayang-bayang Rio terus menghantuinya. Sekuat apapun dia mencoba
melupakan lelaki itu, lelaki itu terus muncul dalam pikirannya.
Ify menghela napas kasar. Lalu dia berjalan keluar dari kamarnya. Dia berjalan menuju ruang
televisi, dan di sana terdapat neneknya yang sedang menonton televisi. Saat berjalan
menuju sofa di mana neneknya duduk, Ify melewati kalender yang terpajang di tembok
rumahnya.
Raut wajahnya yang datar, seketika berubah menjadi seperti menahan marah. Matanya
menajam, nafasnya terengah-engah, rahang giginya mengeras dan kedua tangannya
mengepal kuat-kuat.
Matanya tertuju pada sebuah tanggal yang dibulatkan, dan tanggal itu bertepatan pada hari
ini. Saat melihat tanggal itu, amarahnya semakin memuncak. Dia meremas kalender itu
kuat-kuat lalu berteriak.
Nenek Ify terkejut mendengar suara teriakan itu, beliau langsung berlari kecil menuju Ify.
“Ify, ada apa nak?” tanya sang Nenek dengan lembut namun terlihat jelas bahwa dia sangat
panik dengan kondisi cucunya tersebut.
“The Dark Of Sorrow, kegelapan dan kesedihan, semuanya akan terbalaskan,” jawab Ify lalu
dia tersenyum sinis. Dia menyeringai seperti kerasukan setan. Lalu, dia berlari menuju
kamarnya.
Gina, Nenek Ify memutar otaknya berulang-ulang. Apa maksud cucunya itu? Dia
sungguh tidak mengerti. Dia masih berdiam diri di sana, menunggu otaknya mengingat
sesuatu yang mungkin ada hubungannya dengan kelakuan Ify tadi. Tapi, tak ada satu pun
memory yang dia ingat.
Tak lama Ify keluar dengan penampilan yang sudah berubah. Tetapi, Gina tak
mencurigainya.
“Nek, Ify mau keluar dulu,” pamit Ify kepada Gina.
“Kamu mau kemana Fy? Ini sudah hampir malam,”
“Ada yang harus aku beli nek, aku tidak akan pulang terlalu larut. Dan maafkan kelakuan Ify
tadi. Tadi Ify hanya sedang kesal dengan salah satu teman Ify yang selalu mencemooh Ify.
Tapi sekarang hati Ify sudah agak baikan kok nek,”
“Yasudah hati-hati ya,”
Ify mengangguk sambil mengatakan “iya”
 
Langkah Ify sangat cepat. Dengan celana jeans hitam, t-shirt putih polos, jaket hitam, kaca
mata hitam, dan tas ransel di punggungnya dia berjalan menuju salah satu penjara di
kalangan Jakarta.
Lalu, dia mengintip seseorang yang sedang tersenyum sumringah atas pembebasannya.
“Ckck, ini belum berakhir. Ini baru dimulai,” gumam Ify dengan senyuman maut mematikan.
Dua jam berlalu, Ify sudah berada di depan sebuah rumah yang lumayan besar. Rumah ini
Ify datangi empat tahun lalu untuk memastikan penghuni rumah itu masih sama seperti
sebelas tahun lalu atau tidak. Tetapi , seingat Ify rumah itu sudah banyak perubahan. Rumah
yang dulu sederhana kini terlihat lumayan besar dan mewah.
Tak lama, Ify sudah berganti pakaian. Entah apa yang akan dilakukan gadis itu. Gadis itu
sudah merubah penampilannya menjadi sangat misterius. Dia memakai jubah hitam dan
topeng tengkorak, lalu dia mengendap-mengendap memasuki rumah itu melalui pintu
belakang yang kebetulan tidak dikunci.
Di dalam rumah terdapat tiga anggota keluarga yang sedang bersenang-senang. Sebab, ini
adalah hari pembebasan kepala rumah tangga di rumah itu.
“Papa, aku seneng kita bisa kumpul lagi,” ucap seorang lelaki yang kira-kira berusia 14 tahun
dengan senyum manis khasnya. Dia adalah Riko, anak kedua sekaligus anak bungsu di
keluarga itu.
Lelaki paruh baya yang tadi di sebut “papa” itu tersenyum sambil membelai rambut anak
lelakinya. “Yastha di mana ma?”
“Entahlah pa, padahal ini adalah hari pembebasan papa, tapi dia malah tidak ada,” jawab
Indy, ibu rumah tangga di rumah itu.
“Mungkin dia masih marah sama papa, ini semua memang salah papa ma,”
“Sudahlah pa, jangan membahas itu lagi. Semuanya sudah masa lalu,”
Tiba-tiba semua lampu yang menjadi penerangan di rumah itu mati, dan mulai terdengar
suara-suara mencurigakan.
“Pa, seperti ada suara orang masuk,” ucap Indy sambil menggenggam tangan suaminya.
“Tenang ma, paling cuma tikus,” ucap sang suami menenangkan. “Ma, papa mau ambil lilin
dulu ya,”
“Iya pa, jangan lama-lama ya,”
Kepala rumah tangga itu pergi meninggalkan Indy dan Riko. Sudah sekitar 10 menit dia
pergi.
“Riko,” panggil Indy berulang-berulang. “Di mana sih dia,” gumamnya. “Riko kamu di
mana?”
Tak ada sahutan dari anak lelakinya tersebut. Indy mulai panik, untung saja sang suami
datang sambil membawa lilin sehingga ada sedikit penerangan sekarang.
“Pa, Riko mana pa?” tanya Indy dengan sangat panik.
“Mungkin tadi dia berjalan ke suatu tempat, tenang saja ma dia tak akan kenapa-napa kok.
Mati listrik seperti ini kan sering terjadi,”
“Tapi dari tadi dia tidak menyahut pa,”
Sang suami menghela napasnya, matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah bayangan di dapur.
“Itu Riko kali ma, seperti ada bayangan,”
Indy melihat ke arah di mana suaminya menatap. Lalu, dia menarik lengan suaminya untuk
berjalan ke arah dapur.
Hal yang sungguh mengejutkan, ternyata itu bukanlah Riko. Melainkan seseorang misterius
yang kini sedang memegang sebuah pisau penuh darah di tangannya. Di samping orang itu
sudah ada Riko yang terkujur kaku penuh darah.
“Siapa kamu?!” tanya lelaki paruh baya itu sambil menjaga istrinya yang kini berada di balik
punggungnya dan memberikan lilin tadi kepada istrinya.
“Rikoooooo,” isak Indy sambil berjaga-jaga di belakang suaminya.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku,” ucap seseorang di balik topeng dan jubah hitam itu.
Padahal itu adalah Ify. Dia mengeluarkan sebuah pistol dari saku jubahnya dan dia
mengarahkan pistol itu ke arah lelaki paruh baya dihadapannya.
DOOR..
DOOR..
“Selamat tinggal Reyhan,” ucap Ify lalu setelah itu membuka topengnya.
Indy terkejut, dia terjatuh di samping jasad suaminya, dengan tangan yang masih
memegang lilin. Lalu dia menatap Ify yang kini tengah tersenyum sinis padanya. “Si-siapa
kamu? Kenapa kamu lakukan ini pada keluargaku?”
Kata-kata itu membuat telinga Ify terngiang-ngiang. Teringat dan terbayang sebelas tahun
lalu, di mana kejadian ini terjadi pada keluarganya.
“Apakah kita harus berkenalan? Baiklah. Aku adalah Deify Aquila. Aku rasa kamu sudah tau
siapa aku,”
Indy semakin terkejut. Jadi, gadis dihadapannya saat ini adalah gadis kecil yang telah
kehilangan orang tuanya dan itu semua karena suaminya.
“Kamu tau? Usiaku masih sangat kecil waktu itu. Dan aku melihat bagaimana suami mu yang
BEJAT itu membunuh ibuku. Dia sudah merebut seluruh kebahagiaanku,”
“Bertahun-tahun aku sendiri, MELAKUKAN SEMUANYA SENDIRI! Bertahun tahun aku
kesepian, bertahun-tahun aku memendam dendam ini, bertahun-tahun aku terpuruk,
bertahun-tahun aku tak bisa menerima kenyataan bahwa orang tua ku sudah tiada, DAN ITU
SEMUA KARENA LELAKI BEJAT ITU! KARENA SUAMI MU!”
“The Dark Of Sorrow, kegelapan dan kesedihan, semuanya akan terbalaskan,” Ify mengakhiri
ucapannya. Matanya sudah semakin menajam, napasnya memburu, dia sudah mengarahkan
pistol ke arah Indy. Namun saat dia ingin menembak wanita paruh baya itu, lampu di rumah
itu menyala.
Ify sedikit terkejut, tapi dia tetap harus melakukannya.
“Tunggu Fy!” tahan seseorang di pintu dapur.
Ify terkejut melihat seseorang yang baru saja datang itu, kakinya lemas, tangannya juga
lemas. Pistol di tangannya jatuh begitu saja. Raut wajahnya berubah menjadi sulit diartikan.
“Tolong jangan bunuh ibuku Fy,” ucap lelaki itu dengan mata berkaca-kaca. Dia berlari kecil
ke arah Indy, lalu memeluk ibunya.
Ify semakin terkejut. Seperti ada sebuah listrik yang menyetrum seluruh tubuhnya. Detak
jantungnya tak keruan. Perasaannya juga tak keruan. Darahnya mengalir lebih cepat dari
biasanya. Tidak mungkin Rio adalah anak Reyhan. Kalau tidak salah dengar tadi Reyhan
menyebut anak pertamanya yang bernama Yastha. Lalu, mengapa Rio yang muncul?.
“Aku mengerti sekarang, mengapa kamu beda dari yang lain. Jadi ini alasannya? Aku tau
papa ku salah tapi dia sudah menerima hukuman kan?”
Ify baru ingat nama lengkap Rio adalah Orion Adyastha Cetta. Dan orang tuanya memanggil
Rio dengan sebutan Yastha.
“Kalau kamu masih dendam, bunuh saja aku,” lirih Rio dengan air di pelupuk matanya. Dia
berusaha menjaga ibunya yang kini berada di belakang punggungnya. Lalu, dia menyuruh
ibunya berlari untuk meminta bantuan.
Mata Ify berkaca-kaca. Apa yang telah dia lakukan? Apa?. Dia telah melakukan hal yang
seharusnya tidak dilakukan.
“Aku mengerti kalau aku jadi kamu Fy, kamu hanya butuh teman untuk bisa mengerti
keterpurukan kamu, dan aku siap Fy,”
Air mata Ify tak sengaja mengalir, dia jatuh terduduk. Dia menangis sejadinya-jadinya
menyesali apa yang telah ia buat.
Rio terduduk di hadapan Ify, dengan kedua lututnya yang menyentuh lantai. Lalu dia
memeluk Ify dengan hangat.
Kehangatan itu menjalar di tubuh Ify. Setelah sekian lama dia merindukan kasih sayang, kini
dia seperti mendapatkannya kembali. Ify menangis di dalam dekapan Rio.
Tapi tak lama Rio mengerang kesakitan, lalu dia melihat pisau yang sudah tertancap
diperutnya. Dia melihat ke arah Ify dengan tatapan tak percaya. Seolah-olah Rio bertanya
“Apa yang kamu lakukan?”
Ify tersenyum, lalu tak lama dia menangis melihat Rio kesakitan, dan tak lama Ify tertawa
tak beraturan. Jiwa Ify terganggu, seperti ada yang mengusik jiwanya. Bayanganbayangan
orang tuanya muncul. Menangis, tertawa, tersenyum terus terjadi berulang-ulang. Lalu, tak
lama dia berteriak histeris sambil menjambak rambutnya frustrasi.
“Kamu pembunuh!”
Ify mendengar ada sebuah suara di ruangan itu, tapi tak ada siapapun. Sebab, Rio sudah
terpejam.
“Kamu pembunuh!”
“BUKAAAAAN! AKU BUKAN PEMBUNUH!”
“Kamu pembunuh!”
“BUKAAAAAAAAN! AAAAAAA”
Tak lama polisi dan pihak medis datang bersama dengan Indy yang sedang menangis
tersedu-sedu melihat keadaan Rio


Comments

Popular posts from this blog

Tugas KOMISI A,B,C

PROPOSAL PAMERAN BATIK