cerpen The Dark Of Sorrow
The
Dark Of Sorrow
Penulis
Farial Nursohrah
Sekelebat
angin telah menerbangkan sehelai demi sehelai rambut hitam, panjang,
bergelombang,
milik seorang gadis cantik bernama Deify
Aquila. Deify atau yang kerap di
sapa Ify
itu tengah berjalan menyusuri jalanan sepi perumahannya. Dia akan berangkat ke
sekolahnya,
dan seperti biasa dia selalu menggunakan bus untuk menuju sekolahnya.
Ify selalu
jalan dengan langkah lumayan cepat, dan gadis itu selalu menunjukkan aksen
dingin
disertai mata tajam elang kepada semua orang.
Walaupun
dia di kenal sebagai Aphrodite disekolahnya. Tapi, tetap saja tak ada satu pun
orang yang
berani mendekati gadis itu.
Aphrodite atau “Dewi Cinta” yang di
kenal sebagai salah satu dewi yang mempunyai sejuta
pesona,
memang pantas menjadi julukan Ify. Sebab, Ify adalah Most Wanted Girl di
sekolahnya.
Semua warga sekolah mengenal gadis itu. Gadis cantik yang selalu diidamidamkan
seluruh
kaum adam di sekolah itu. Bagaimana tidak? Ify terlihat sangat cantik
dengan
rambut yang selalu tergerai. Dia juga memiliki kulit putih yang begitu bersih.
Tidak
hanya itu,
Ify juga mempunyai dagu tirus, hidung mancung, dan mata hazel berwarna coklat
yang
begitu indah. Terlebih, Ify selalu mendapatkan peringkat paralel pertama
disekolahnya,
dan itu
semakin membuatnya dikagumi oleh semua siswa. Itulah sebabnya dia di panggil
Aphrodite, sebab dia bisa menarik
seluruh perhatian orang lain hanya dari penampilannya. Comment [1]:
Tetapi,
walaupun dikenal sebagai Aphrodite atau pun sebagai siswi paling cerdas yang
memliki
intelektual tinggi di sekolah, tetap saja Ify tak mempunyai teman. Mata hazel
coklatnya
selalu menajam layaknya Elang. Mungkin karena arti nama belakangnya Aquila
yang
berarti Elang. Entahlah.
Aquila adalah salah satu rasi
bintang. Dan nama itu diberikan oleh mendiang ayahnya. Ya,
ayah Ify
sudah tiada saat Ify menginjak usia 7 tahun. Bukan hanya ayahnya, ibundanya pun
sudah
tiada dan beliau meninggal di waktu, tempat, dan kejadian yang sama dengan
suaminya
yang tak lain tak bukan adalah ayah Ify.
Ayah Ify
sangat menyukai ilmu astronomi, dan beliau sangat menyukai rasi bintang. Oleh
sebab itu,
Ify dinamakan Aquila di nama belakangnya.
Kini Ify
yang berstatus sebagai seorang anak yatim piatu tinggal bersama neneknya di
sebuah
rumah sederhana di kalangan Jakarta.
Aneh. Satu
kata yang selalu terngiang di otak para siswa dan siswi ketika melihat Ify.
Sebab,
gadis itu
dengan sangat hebat bisa hidup individu, sedangkan manusia adalah makhluk
sosial.
Semua orang tak ada yang berani mendekati Ify, sebab gadis itu sangatlah
dingin. Dia
tak
mempunyai teman sama sekali. Karena dia tidak percaya dengan siapapun. Semenjak
kejadian
itu, Ify jadi tak mau mempercayai siapapun. Sehingga dia tidak bisa
bersosialisasi
dengan siapapun.
Kejadian
itu, kejadian sebelas tahun lalu. Kejadian yang telah membuat kedua orang
tuanya
harus
merenggut nyawa. Kejadian yang masih selalu terekam di otak Ify karena dia
melihat
dengan
mata kepalanya sendiri bagaimana kedua orang tuanya mati mengenaskan. Kejadian
yang tak
pernah ia lupakan dan tak bisa ia lupakan. Kejadian yang apabila dia ingat
kembali
dapat
menyesakkan hatinya. Kejadian yang sangat dia benci! Dan kejadian yang
merubahnya
menjadi seorang gadis dingin dan pendendam.
Flashback On
Jantung Ify berdegup sangat kencang. Keringat dingin mengalir di
seluruh tubuhnya. Dia
terus menggenggam tangan sang ibunda. Dan dia bisa melihat ibunya
sudah mengeluarkan
butiran-butiran hangat dari matanya.
“Bunda, Ify takut,” gumam Ify yang saat itu masih berusia tujuh
tahun.
“Tenang sayang, bunda ada di sini, disampingmu,” bisik ibunda Ify
dengan suara yang
begitu serak.
DOOR..
DOOR..
Ify dan ibundanya bisa mendengar suara dentuman yang amat keras
itu, suara itu seperti
bergema. Sangat kencang, dan langsung membuat Ify semakin
ketakutan. Ify tau, pasti
sosok misterius yang masuk ke rumahnya itu telah membunuh ayahnya.
“Bunda.... Ayah, gak apa-apa kan?” tanya Ify dengan air mata
mengembang di pelupuk
matanya.
Bunda Ify memeluk Ify sambil menangis tersedu-sedu. Dia tak
menjawab ucapan Ify. Dia
terus menangis.
“Bun, tolong jangan tinggalin Ify..... Ify takut,”
“ADA DI MANA KAMU WINDA? CEPAT KELUAR! KALAU TIDAK! AKAN KUHABISI
SELURUH
ANGGOTA KELUARGAMU TANPA TERKECUALI!” teriak seseorang dari balik
pintu kamar yang
kini sedang menjadi tempat persembunyian Ify dan ibundanya.
Winda, ibunda Ify menatap nanar pintu kamar. Dia tau, orang
misterius itu kini berada di
balik pintu kamar. Tak lama, dia mendengar suara dobrakan pintu.
Dia yakin orang
misterius itu sudah mendobrak seluruh pintu ruangan. Dan kamarnya
adalah ruangan yang
tersisa yang belum di dobrak.
“Winda, aku tau kamu ada di dalam,” ucap suara itu dari balik
pintu.
Winda semakin panik, jika memang dengan cara memberikan nyawanya
bisa membuat
sosok misterius itu puas. Dia rela memberikan nyawanya. Dari pada
seluruh anggota
keluarganya harus ikut merenggut nyawa.
“Ify, dengarkan ibu baik-baik. Sekarang kamu masuk ke kolong
tempat tidur,” bisik Winda
dengan air mata yang terus mengalir, dengan lembut wanita itu
menghapus keringat di
pelipis Ify, lalu membelai sayang rambut anak satu-satunya itu.
“Tapi bunda?”
“Jangan pikirkan bunda, pikirkan diri kamu sendiri. Ayo Fy, kamu
kan anak penurut,”
“Tidak bun!”
Knop pintu kamar mulai bergerak dengan gerakan atas-bawah, Winda
dan Ify semakin
tegang.
Winda mulai ketakutan, dia memegang kedua bahu Ify sambil
menggoyang-goyangkan
pelan. “Fy! Dengarkan bunda! Kamu harus masuk ke kolong tempat
tidur! Jangan pedulikan
bunda! Ini perintah!,”
Tangisan Ify semakin deras walaupun tanpa suara.
“Aku akan mendobrak pintu ini!” ucap seseorang di balik pintu.
Winda semakin ketakutan, dia merogoh saku celananya dan memberikan
ponselnya ke Ify.
“Ini! Di kolong tempat tidur kamu hubungi Paman Dion, sms saja.
Kamu anak pintar kan?
Kamu anak cerdas Fy. Bunda sayang sama kamu, sekarang masuk ke
kolong tempat tidur!”
Ify mengambil ponsel itu, dan dengan berat hati dia masuk ke
kolong tempat tidur.
BRAAAAAK
Ify bisa mendengar suara pintu kamar itu sudah di dobrak. Air mata
hangat itu semakin
mengalir membasahi pipi manis Ify. Dengan berat hati, Ify mulai
mengetikkan pesan singkat
ke pamannya untuk meminta bantuan.
“Rupanya kamu benar ada disini, hahaha,”
Ify bisa mendengar suara itu, dan Ify bisa melihat dari kolong
tempat tidur. Sepasang kaki
tengah melangkah menuju ibundanya. Dan yang Ify lihat, orang itu
seperti mengenakan
jubah hitam yang sangat panjang. Seperti pembunuh yang ia lihat di
televisi.
“Apa? Apa yang kamu inginkan dari keluargaku?”
“Apa? Apa kata mu? Kamu lupa? Kamu lupa..... Kamu sudah membuat
kehidupan ku hancur.
Sepuluh tahun lalu, aku selalu ada disampingmu sebagai seorang
sahabat. Aku sangat
mencintaimu, tapi kamu tidak pernah membalas perasaanku. Terlebih
kamu malah memilih
Dave! Siswa yang selalu mengejekku, selalu mencemoohku,
membullyku. Sampai akhirnya
kamu menikah dengannya, padahal kamu tau kan? DIA MUSUH
TERBESARKU! KAMU TAU
KAN? DIA MUSUH SAHABAT MU, SAHABAT YANG SELALU ADA DISAMPINGMU.
Bukan hanya
itu..... Tiga tahun lalu, kamu memecat seorang asisten rumah
tangga dari rumah ini dengan
tuduhan mencuri. Padahal kamu tau, sang asisten rumah tangga yang
bekerja di rumah mu
adalah ibu kandung sahabat mu. Dan kamu juga tau, adik sahabat mu
baru saja akan
menggapai cita-citanya tapi hancur seketika ketika ibunya di pecat
olehmu. Orang yang
telah kamu pecat itu adalah IBUKU!”
“Ka....kamu Reyhan?”
Orang itu membuka topengnya. “Rupanya kamu masih pandai menebak,”
“Ta...tapi tidak mungkin. Apa yang kamu lakukan?”
“Tak usah banyak tanya!”
DOOR..
DOOR..
Flashback Off
Ify sudah
sampai di depan gerbang sekolah. Dia memasuki area sekolah tanpa senyum sama
sekali
dari bibirnya. Saat sedang berjalan menyusuri koridor sekolah, Ify melihat
seorang
lelaki
yang kini tengah mendribble basket menuju ring di Lapangan Basket. Mata Ify tak
beralih
dari lelaki itu. Meskipun Ify terkenal dingin bahkan bukan makhluk yang mudah
bersosialisasi
tapi tetap saja yang namanya cinta, dia merasakannya.
Lelaki itu
terlihat tersenyum, dan itu membuat Ify sedikit tersenyum tipis. Lelaki itu
adalah
Orion Adyastha Cetta. Awalnya Ify
tidak tertarik dengan siapapun, tetapi rasa itu muncul
ketika dia
merasa memiliki kesamaan dengan Orion
atau yang biasa di sapa Rio itu.
Kesamaan
mereka terdapat di nama mereka, Ify pikir hanya orang tuanya saja yang
memberikan
namanya dari rasi bintang, ternyata tidak. Orang tua Rio juga memberikan
nama Rio
dari rasi bintang. Orion adalah salah satu rasi bintang yang sangat indah. Juga,
lelaki itu
memiliki nama yang unik dengan arti yang menarik, sama seperti Ify yang sangat
menyukai
hal-hal unik. Adyastha artinya Pemimpin, sedangkan Cetta artinya
berpengetahuan
luas. Pada kenyataannya, Rio memang tidak kalah cerdas dari Ify. Dia selalu
mendapatkan
peringkat paralel kedua.
Tiba-tiba
bel berbunyi, dengan cepat Ify melangkah menuju kelasnya.
Seperti
biasa, ketika di kelas dia selalu bungkam, tak ada suara sama sekali. Ify
begitu
konsentrasi
ketika guru menjelaskan materi saat ini, meskipun beberapa teman lainnya
terlihat
tak konsentrasi.
Dalam
sekejap, konsentrasinya buyar saat seorang lelaki memasuki kelasnya. Ya, dia
adalah
Rio.
Lelaki berkulit putih, berkumis tipis, hidung mancung, dan bertubuh tinggi itu
mengucapkan
salam lalu menghampiri guru yang kini tengah menjelaskan materi.
Mata Ify
lagi-lagi tak beralih dari Rio, lelaki itu sedang berbicara dengan guru
diselingi
senyuman-senyuman
manis. Seluruh siswi dikelasnya pun tengah berbisik-bisik
membincangkan
Rio.
Sebenarnya
Rio beberapa kali mencoba mendekati Ify, namun entah mengapa Ify tetap
tidak mau
mempunyai satu teman. Mungkin saja sebenarnya Rio juga menyukai Ify. Seorang
Aphrodite seperti Ify memang wajar
dikagumi banyak orang.
Pendekatan
Rio kepada Ify terjadi satu tahun silam, saat Rio memang mengaggumi Ify.
Tetapi,
sekarang Rio tidak lagi mengejar Ify. Lelaki itu lebih memilih diam, namun Ify
masih
sering
kali memergoki Rio sedang memperhatikannya. Tapi, Ify juga lebih memilih diam.
Malam
begitu pekat, sama seperti hati Ify yang juga sangat pekat. Hatinya tak keruan
sejak
pulang
sekolah tadi. Bayang-bayang Rio terus menghantuinya. Sekuat apapun dia mencoba
melupakan
lelaki itu, lelaki itu terus muncul dalam pikirannya.
Ify
menghela napas kasar. Lalu dia berjalan keluar dari kamarnya. Dia berjalan
menuju ruang
televisi,
dan di sana terdapat neneknya yang sedang menonton televisi. Saat berjalan
menuju
sofa di mana neneknya duduk, Ify melewati kalender yang terpajang di tembok
rumahnya.
Raut
wajahnya yang datar, seketika berubah menjadi seperti menahan marah. Matanya
menajam,
nafasnya terengah-engah, rahang giginya mengeras dan kedua tangannya
mengepal
kuat-kuat.
Matanya
tertuju pada sebuah tanggal yang dibulatkan, dan tanggal itu bertepatan pada
hari
ini. Saat
melihat tanggal itu, amarahnya semakin memuncak. Dia meremas kalender itu
kuat-kuat
lalu berteriak.
Nenek Ify
terkejut mendengar suara teriakan itu, beliau langsung berlari kecil menuju
Ify.
“Ify, ada
apa nak?” tanya sang Nenek dengan lembut namun terlihat jelas bahwa dia sangat
panik
dengan kondisi cucunya tersebut.
“The Dark
Of Sorrow, kegelapan dan kesedihan, semuanya akan terbalaskan,” jawab Ify lalu
dia
tersenyum sinis. Dia menyeringai seperti kerasukan setan. Lalu, dia berlari
menuju
kamarnya.
Gina, —Nenek Ify— memutar otaknya berulang-ulang. Apa
maksud cucunya itu? Dia
sungguh
tidak mengerti. Dia masih berdiam diri di sana, menunggu otaknya mengingat
sesuatu
yang mungkin ada hubungannya dengan kelakuan Ify tadi. Tapi, tak ada satu pun
memory
yang dia ingat.
Tak lama
Ify keluar dengan penampilan yang sudah berubah. Tetapi, Gina tak
mencurigainya.
“Nek, Ify
mau keluar dulu,” pamit Ify kepada Gina.
“Kamu mau
kemana Fy? Ini sudah hampir malam,”
“Ada yang
harus aku beli nek, aku tidak akan pulang terlalu larut. Dan maafkan kelakuan
Ify
tadi. Tadi
Ify hanya sedang kesal dengan salah satu teman Ify yang selalu mencemooh Ify.
Tapi
sekarang hati Ify sudah agak baikan kok nek,”
“Yasudah
hati-hati ya,”
Ify
mengangguk sambil mengatakan “iya”
Langkah
Ify sangat cepat. Dengan celana jeans hitam, t-shirt putih polos, jaket hitam,
kaca
mata
hitam, dan tas ransel di punggungnya dia berjalan menuju salah satu penjara di
kalangan
Jakarta.
Lalu, dia
mengintip seseorang yang sedang tersenyum sumringah atas pembebasannya.
“Ckck, ini
belum berakhir. Ini baru dimulai,” gumam Ify dengan senyuman maut mematikan.
Dua jam
berlalu, Ify sudah berada di depan sebuah rumah yang lumayan besar. Rumah ini
Ify
datangi empat tahun lalu untuk memastikan penghuni rumah itu masih sama seperti
sebelas tahun
lalu atau tidak. Tetapi , seingat Ify rumah itu sudah banyak perubahan. Rumah
yang dulu
sederhana kini terlihat lumayan besar dan mewah.
Tak lama,
Ify sudah berganti pakaian. Entah apa yang akan dilakukan gadis itu. Gadis itu
sudah
merubah penampilannya menjadi sangat misterius. Dia memakai jubah hitam dan
topeng
tengkorak, lalu dia mengendap-mengendap memasuki rumah itu melalui pintu
belakang
yang kebetulan tidak dikunci.
Di dalam
rumah terdapat tiga anggota keluarga yang sedang bersenang-senang. Sebab, ini
adalah
hari pembebasan kepala rumah tangga di rumah itu.
“Papa, aku
seneng kita bisa kumpul lagi,” ucap seorang lelaki yang kira-kira berusia 14
tahun
dengan
senyum manis khasnya. Dia adalah Riko, anak kedua sekaligus anak bungsu di
keluarga
itu.
Lelaki
paruh baya yang tadi di sebut “papa” itu tersenyum sambil membelai rambut anak
lelakinya.
“Yastha di mana ma?”
“Entahlah
pa, padahal ini adalah hari pembebasan papa, tapi dia malah tidak ada,” jawab
Indy, ibu
rumah tangga di rumah itu.
“Mungkin
dia masih marah sama papa, ini semua memang salah papa ma,”
“Sudahlah
pa, jangan membahas itu lagi. Semuanya sudah masa lalu,”
Tiba-tiba
semua lampu yang menjadi penerangan di rumah itu mati, dan mulai terdengar
suara-suara
mencurigakan.
“Pa,
seperti ada suara orang masuk,” ucap Indy sambil menggenggam tangan suaminya.
“Tenang
ma, paling cuma tikus,” ucap sang suami menenangkan. “Ma, papa mau ambil lilin
dulu ya,”
“Iya pa,
jangan lama-lama ya,”
Kepala
rumah tangga itu pergi meninggalkan Indy dan Riko. Sudah sekitar 10 menit dia
pergi.
“Riko,”
panggil Indy berulang-berulang. “Di mana sih dia,” gumamnya. “Riko kamu di
mana?”
Tak ada
sahutan dari anak lelakinya tersebut. Indy mulai panik, untung saja sang suami
datang
sambil membawa lilin sehingga ada sedikit penerangan sekarang.
“Pa, Riko
mana pa?” tanya Indy dengan sangat panik.
“Mungkin
tadi dia berjalan ke suatu tempat, tenang saja ma dia tak akan kenapa-napa kok.
Mati
listrik seperti ini kan sering terjadi,”
“Tapi dari
tadi dia tidak menyahut pa,”
Sang suami
menghela napasnya, matanya tiba-tiba tertuju pada sebuah bayangan di dapur.
“Itu Riko
kali ma, seperti ada bayangan,”
Indy
melihat ke arah di mana suaminya menatap. Lalu, dia menarik lengan suaminya
untuk
berjalan
ke arah dapur.
Hal yang
sungguh mengejutkan, ternyata itu bukanlah Riko. Melainkan seseorang misterius
yang kini
sedang memegang sebuah pisau penuh darah di tangannya. Di samping orang itu
sudah ada
Riko yang terkujur kaku penuh darah.
“Siapa
kamu?!” tanya lelaki paruh baya itu sambil menjaga istrinya yang kini berada di
balik
punggungnya
dan memberikan lilin tadi kepada istrinya.
“Rikoooooo,”
isak Indy sambil berjaga-jaga di belakang suaminya.
“Kalian
tidak perlu tau siapa aku,” ucap seseorang di balik topeng dan jubah hitam itu.
Padahal
itu adalah Ify. Dia mengeluarkan sebuah pistol dari saku jubahnya dan dia
mengarahkan
pistol itu ke arah lelaki paruh baya dihadapannya.
DOOR..
DOOR..
“Selamat
tinggal Reyhan,” ucap Ify lalu setelah itu membuka topengnya.
Indy
terkejut, dia terjatuh di samping jasad suaminya, dengan tangan yang masih
memegang
lilin. Lalu dia menatap Ify yang kini tengah tersenyum sinis padanya. “Si-siapa
kamu?
Kenapa kamu lakukan ini pada keluargaku?”
Kata-kata
itu membuat telinga Ify terngiang-ngiang. Teringat dan terbayang sebelas tahun
lalu, di
mana kejadian ini terjadi pada keluarganya.
“Apakah
kita harus berkenalan? Baiklah. Aku adalah Deify Aquila. Aku rasa kamu sudah
tau
siapa
aku,”
Indy
semakin terkejut. Jadi, gadis dihadapannya saat ini adalah gadis kecil yang
telah
kehilangan
orang tuanya dan itu semua karena suaminya.
“Kamu tau?
Usiaku masih sangat kecil waktu itu. Dan aku melihat bagaimana suami mu yang
BEJAT itu
membunuh ibuku. Dia sudah merebut seluruh kebahagiaanku,”
“Bertahun-tahun
aku sendiri, MELAKUKAN SEMUANYA SENDIRI! Bertahun –tahun aku
kesepian,
bertahun-tahun aku memendam dendam ini, bertahun-tahun aku terpuruk,
bertahun-tahun
aku tak bisa menerima kenyataan bahwa orang tua ku sudah tiada, DAN ITU
SEMUA
KARENA LELAKI BEJAT ITU! KARENA SUAMI MU!”
“The Dark
Of Sorrow, kegelapan dan kesedihan, semuanya akan terbalaskan,” Ify mengakhiri
ucapannya.
Matanya sudah semakin menajam, napasnya memburu, dia sudah mengarahkan
pistol ke
arah Indy. Namun saat dia ingin menembak wanita paruh baya itu, lampu di rumah
itu menyala.
Ify
sedikit terkejut, tapi dia tetap harus melakukannya.
“Tunggu
Fy!” tahan seseorang di pintu dapur.
Ify
terkejut melihat seseorang yang baru saja datang itu, kakinya lemas, tangannya
juga
lemas.
Pistol di tangannya jatuh begitu saja. Raut wajahnya berubah menjadi sulit
diartikan.
“Tolong
jangan bunuh ibuku Fy,” ucap lelaki itu dengan mata berkaca-kaca. Dia berlari
kecil
ke arah
Indy, lalu memeluk ibunya.
Ify
semakin terkejut. Seperti ada sebuah listrik yang menyetrum seluruh tubuhnya.
Detak
jantungnya
tak keruan. Perasaannya juga tak keruan. Darahnya mengalir lebih cepat dari
biasanya.
Tidak mungkin Rio adalah anak Reyhan. Kalau tidak salah dengar tadi Reyhan
menyebut
anak pertamanya yang bernama Yastha. Lalu, mengapa Rio yang muncul?.
“Aku
mengerti sekarang, mengapa kamu beda dari yang lain. Jadi ini alasannya? Aku
tau
papa ku
salah tapi dia sudah menerima hukuman kan?”
Ify baru
ingat nama lengkap Rio adalah Orion Adyastha Cetta. Dan orang tuanya memanggil
Rio dengan
sebutan Yastha.
“Kalau
kamu masih dendam, bunuh saja aku,” lirih Rio dengan air di pelupuk matanya.
Dia
berusaha
menjaga ibunya yang kini berada di belakang punggungnya. Lalu, dia menyuruh
ibunya
berlari untuk meminta bantuan.
Mata Ify
berkaca-kaca. Apa yang telah dia lakukan? Apa?. Dia telah melakukan hal yang
seharusnya
tidak dilakukan.
“Aku
mengerti kalau aku jadi kamu Fy, kamu hanya butuh teman untuk bisa mengerti
keterpurukan
kamu, dan aku siap Fy,”
Air mata
Ify tak sengaja mengalir, dia jatuh terduduk. Dia menangis sejadinya-jadinya
menyesali
apa yang telah ia buat.
Rio
terduduk di hadapan Ify, dengan kedua lututnya yang menyentuh lantai. Lalu dia
memeluk
Ify dengan hangat.
Kehangatan
itu menjalar di tubuh Ify. Setelah sekian lama dia merindukan kasih sayang,
kini
dia
seperti mendapatkannya kembali. Ify menangis di dalam dekapan Rio.
Tapi tak
lama Rio mengerang kesakitan, lalu dia melihat pisau yang sudah tertancap
diperutnya.
Dia melihat ke arah Ify dengan tatapan tak percaya. Seolah-olah Rio bertanya
“Apa yang
kamu lakukan?”
Ify
tersenyum, lalu tak lama dia menangis melihat Rio kesakitan, dan tak lama Ify
tertawa
tak
beraturan. Jiwa Ify terganggu, seperti ada yang mengusik jiwanya. Bayangan–bayangan
orang
tuanya muncul. Menangis, tertawa, tersenyum terus terjadi berulang-ulang. Lalu,
tak
lama dia
berteriak histeris sambil menjambak rambutnya frustrasi.
“Kamu
pembunuh!”
Ify
mendengar ada sebuah suara di ruangan itu, tapi tak ada siapapun. Sebab, Rio
sudah
terpejam.
“Kamu
pembunuh!”
“BUKAAAAAN!
AKU BUKAN PEMBUNUH!”
“Kamu
pembunuh!”
“BUKAAAAAAAAN!
AAAAAAA”
Tak lama
polisi dan pihak medis datang bersama dengan Indy yang sedang menangis
tersedu-sedu
melihat keadaan Rio
Comments
Post a Comment