Makalah MEA (Masyarakat Ekonomi Asia)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya terutama nikat sehat dan kesempatan
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Adanya Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) Bagi Indonesia” ini, sholawat serta salam semoga tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Baginda Muhammad saw yang telah menjadikan
suri tauladan bagi umat diseluruh alam.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di program studi Manajemen pada Institut Koperasi
Indonesia. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada DR.Wangsih,M.PdI selaku dosen sekaligus pembimbing mata kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia.
Akhirnya penulis menyadari bahwa
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan-pembuatan makalah yang akan
datang.
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman
Judul………………………………………………………………... i
KATA
PENGANTAR………………………………………………………... ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………. iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan…………………………………….. 1
B.
Rumusan Masalah………………………………………………… 2
C. Tujuan Makalah…………………………………………………… 2
D. Manfaat Makalah…………………………………………………. 3
BAB
II PEMBAHASAN (Adanya
Masyarakat Ekonomi Asean bagi Indonesia)
A. Landasan Teori……………………………………………………. 4
B. Peluang dan tantangan Indonesia dalam MEA……………………. 5
C. Resiko yang dihadapi Indonesia saat MEA……………………….. 6-7
D. Cara menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN……………….... 8-9
BAB
III PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………... 10
2. Saran………………………………………………………………….. 10
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………... iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Permasalahan
Siapkah anda menghadapi persaingan di tahun 2015? Sudah
seharusnya kita bersiap menghadapi ketatnya persaingan di tahun 2015 mendatang.
Indonesia dan ndust-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah
kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
MEA merupakan bentuk realisasi dari tujuan akhir ndustry ekonomi di
kawasan Asia Tenggara.
Terdapat empat hal yang akan menjadi ndus MEA pada tahun
2015 yang dapat dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia, yakni:
Pertama, ndust-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan
dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya
kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa,
investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada
hambatan dari satu ndust ke ndust lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan
tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition
policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation,
dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang
adil; terdapat perlindungan berupa ndust jaringan dari agen-agen
perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan
jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan ndust
Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik
berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki
perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan
memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar,
pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan,
serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap
perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah industri untuk meningkatkan
koordinasi terhadap negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan
partisipasi negara di kawasan Asia
Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis
kepada negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang.
1
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
industri dan produktivitas sehingga
tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun
juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.
Dari latar
belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“Peluang, tantangan, dan Resiko bagi Indonesia dengan adanya Masyarakat Ekonomi
Asean”.
B. Rumusan
Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah mengenai Peluang, tantangan, dan Resiko bagi Indonesia dengan adanya
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Masalah ini diambil karena adanya pasar bebas ASEAN
di Indonesia. Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa saja peluang dan tantangan yang
bisa kita ambil dalam program MEA?
2.
Apa saja resiko yang akan ditanggung
Indonesia dalam menghadapi MEA?
C.
Tujuan
Makalah
Dari rumusan masalah diatas, maka
secara umum tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan peluang, tantangan, dan
resiko yang dihadapi Indonesia dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN agar
masyarakat mampu menghadapi persaingan pasar global. Adapun tujuan dari makalah
ini adalah untuk mengetahui secara jelas
mengenai:
1. Peluang dan tantangan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam MEA.
2. Resiko yang dihadapi Indonesia saat MEA.
2
D.
Manfaat
Makalah
Makalah ini disusun agar dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara
praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna sebagai pengembangan ilmu, sesuai
dengan masalah yang dibahas dalam
makalah ini. Secara praktis, makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, seluruh kegiatan penyusunan dan hasil dari
penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan dan ilmu
dari masalah yang dibahas dalam makalah ini; dan
2. pembaca, makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber tambahan dan sumber informasi dalam menambah wawasan pembaca.
3
BAB II
PEMBAHASAN
(Adanya Masyarakat Ekonomi Asean bagi
Indonesia)
A.
Landasan
Teori
Masyarakat Ekonomi Asean adalah integrasi kawasan ASEAN
dalam bidang perekonomian. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar.
Pertama, menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua,
menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang seimbang, dan pilar terakhir adalah integrasi ke ekonomi global.
Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing
kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk
meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan
membangun perekonomian ASEAN serta mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung
perekonomian Asia.
Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus
meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar
setiap negara dalam kawasan menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus
barang dan jasa yang bebas merupakan sebuah kemestian. Selain itu negara dalam
kawasan juga diharuskan membebaskan arus investasi, modal dan tenaga
terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang
luar biasa namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus
bebas barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak
menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi beberapa pihak. Dalam hal ini pasar
potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi taruhan. Sekedar bahan renungan,
indek daya saing global Indonesia tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh
di bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan satu
peringkat di bawah Thailand (37). Di sisi lain coba kita lihat populasi
Indonesia yang hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi
tak didukung daya saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang dampak
perdagangan bebas ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah
kebanjiran produk China.
4
B. Peluang dan tantangan Indonesia dalam kegiatan Masyarakat
Ekonomi ASEAN
1. Pada Sisi
Perdagangan
Menurut
Santoso pada tahun 2008 Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan
yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi
tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada
akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru
bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang
diperjual-belikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu,
tekstil, dan barang elektronik.
2.
Pada
Sisi Investasi
kondisi
ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct
Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui
perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya
manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.
3. Aspek Ketenagakerjaan
Terdapat
kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak
tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka
ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari
pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan
tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO
menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar.
Selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat
meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Pada
2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik
41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah
akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24%
atau 12 juta.
Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang
akan menemukan pegawainya kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja
karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi.
5
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa peluang dan tantangan
Indonesia dalam Mayarakat Ekonomi ASEAN sangatlah besar. Indonesia dapat
memperoleh beberapa keuntungan diantaranya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Namun hal itu juga harus diikuti oleh perbaikan kualitas sumber daya manusia,
dan pemanfaatan sumber daya alam semaksimal mungkin.
C.
Resiko
yang dihadapi Indonesia saat MEA
1. competition risk
akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah
banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan
produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya
akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
2. exploitation risk
dengan skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing
yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam
melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga
eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di
Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk
menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
3. risiko ketenagakarejaan
dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing
dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta
fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada
peringkat keempat di ASEAN.
Menurut Media Indonesia, Kamis 27 Maret 2014, dengan adanya
pasar barang dan jasa secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing
dengan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan
tenaga kerja yang semakin ketat di bidang ketenagakerjaan.
6
Saat MEA berlaku, di bidang ketenagakerjaan ada 8 (delapan)
profesi yang telah disepakati untuk dibuka, yaitu insinyur, arsitek, perawat,
tenaga survei, tenaga pariwisata, praktisi medis, dokter gigi, dan akuntan Hal
inilah yang akan menjadi ujian baru bagi masalah dunia ketenagakerjaan di
Indonesia karena setiap negara pasti telah bersiap diri di bidang
ketanagakerjaannya dalam menghadapi MEA. Bagaimana dengan Indonesia? Dalam rangka ketahanan nasional dengan tetap melihat peluang
dan menghadapi tantangan bangsa Indonesia di era MEA nantinya, khususnya
terhadap kesiapan tenaga kerja Indonesia sangat diperlukan langkah-langkah
konkrit agar bisa bersaing menghadapi tenaga kerja asing tersebut.
Namun disisi lain, dengan adanya MEA, tentu akan memacu
pertumbuhan investasi baik dari luar maupun dalam negeri sehingga akan membuka
lapangan pekerjaan baru. Selain itu, penduduk Indonesia akan
dapat mencari pekerjaan di negara ASEAN lainnya dengan aturan yang
relatif akan lebih mudah dengan adanya MEA ini karena dengan terlambatnya perekonomian nasional saat ini dan
didasarkan pada data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran per
februari 2014 dibandingkan Februari 2013 hanya berkurang 50.000 orang. Padahal
bila melihat jumlah pengguran tiga tahun terakhir, per Februari 2013
pengangguran berkurang 440.000 orang, sementara pada Februari 2012 berkurang
510.000 orang, dan per Februari 2011 berkurang sebanyak 410.000 orang (Koran
Sindo, Selasa, 6 Mei 2014). Dengan demikian, hadirnya MEA diharapkan akan mengurangi
pengangguran karena akan membuka lapangan kerja baru dan menyerap angkatan
kerja yang ada saat ini untuk masuk ke dalam pasar kerja.
Untuk itu, penulis menyimpulkan bahwa resiko yang akan
muncul dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah persaingan industri lokal dengan
industri asing, pengeksploitasian sumber daya alam oleh Negara asing, serta
persaingan tenaga kerja lokal dengan tenaga kerja asing yang lebih berkualitas.
7
D.
Cara
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
Banyak cara sekaligus persiapan untuk menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015. Hal ini juga merupakan tantangan karena
sejatinya pola pikir dan semangat pemerintah serta para pelaku ekonomi
Indonesia masih seperti biasanya.
1. Menurut ekonom dari Universitas Islam Indonesia (UII)
Yogyakarta Edy Suandi Hamid, pemerintah dan pelaku ekonomi harus lebih ofensif
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dengan memperluas pasar barang, jasa,
modal, investasi, dan pasar tenaga kerja. Adanya MEA harus dipandang sebagai
bertambahnya pasar Indonesia menjadi lebih dari dua kali lipat, yakni dari 250
juta menjadi 600 juta," katanya. Dengan pola pikir dan semangat seperti
itu, dia berharap Indonesia dapat memetik manfaat optimal dari MEA.
Perekonomian harus didorong lebih cepat tumbuh, ekspansif, dan berdaya saing,
bukan sebaliknya.
2. Menurut diplomat senior Makarin Wibisono juga mengingatkan
bahwa dalam menghadapi MEA 2015, Indonesia perlu memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan sektor jasa. "Liberalisasi pasar jasa akan menguntungkan bagi
Indonesia dalam dinamika MEA," kata Makarim dalam seminar Perhimpunan
Persahabatan Indonesia-Tiongkok di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut dia,
liberalisasi pasar jasa menguntungkan karena meningkatkan kualitas serta
menentukan biaya kewajaran bagi tenaga kerja sehingga kemudian meningkatkan
daya saing di sektor industri. Pasar jasa yang efisien, menurut Makarim, akan
meningkatkan pilihan konsumen, produktivitas, kompetisi, dan kesempatan untuk
pembangunan sektor jasa baru. "Jika terjadi inefisiensi, dampak negatifnya
pada produktivitas, inovasi, distribusi teknologi, dan menghalangi tercapainya
pertumbuhan optimal," kata Duta Besar Indonesia untuk PBB (2004--2007)
ini.
3. Menurut rektor Universitas Sebelas Maret (Solo) Ravik
Karsidi salah satu persiapan UNS adalah dengan mempersiapkan sumber daya
manusia (SDM) dengan hard skill dan soft skill. Dari segi hard
skill, UNS mempersiapkan kurikulum agar mahasiswanya mampu bersaing dengan
lulusan perguruan tinggi luar negeri. Sementara itu, dari segi soft skill, UNS
membekali mahasiswanya dengan persiapan spiritual dan mental melalui pelatihan spiritual
quotient (SQ). Program ini ditindaklanjuti dengan pelatihan soft skill di
tingkat fakultas. Di antara pelatihan itu adalah tentang kepemimpinan,
komunikasi dan kemampuan bahasa.
8
Jadi dapat penulis simpulkan, untuk mengatasi tantangan
serta resiko yang mungkin akan muncul dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dapat
dilakukan dengan membekali diri dengan ilmu pengetahuan, menanamkan rasa cinta
terhadap produk dalam negeri, serta mempertajam soft skill dan hard skill
masyarakat.
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang
untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis
memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak
tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan.
Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka
terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko
yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang tepat antara otoritas
negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan
social (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan
kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Jangan
sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di tahun 2015
mendatang.
2.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, maka penulis merumuskan
saran dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Hendaknya pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai program Masyarakat Ekonomi ASEAN.
2. Pemerintah lebih memperhatikan UKM agar mampu bersaing
dengan pasar internasional.
10
DAFTAR PUSTAKA
2. http://ekonomi.kabo.biz/2014/08/masyarakat-ekonomi-asean-mea.html diunduh pada tanggal 14 desember 2014
4.
http://news.okezone.com/read/2014/09/26/373/1044892/cara-uns-bersiap-hadapi-mea-2015 diunduh pada tanggal 14 desember 2014
5. Putong, Iskandar. 2003. Pengantar
Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Comments
Post a Comment