MAKALAH TENTANG ISIS
APA
ITU ISIS?
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
Iman dan Islam kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul dalam pertemuan
yang Insya Allah dimuliakan oleh Nya.
Shalawat dan Salam semoga tetap terlimpah curah kepada
junjunan kita Nabi Muhammad SAW. Kepada para sahabatnya para Tabi’it Tabi’innya
dan semoga kepada kita selaku ummatnya mendapatkan syafa’atul udzma di Yaumil
Jaza. Amin
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Serang, Mei 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Negara-Negara di dunia akhir-akhir ini seakan di kagetkan
dengan kehadiran suatu kelompok agama baru yang berlandaskan islam. Kelompok
agama ini dianggap oleh Negara-Negara Internasional adalah kelompok agama yang
radikal, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kelompok ini adalah teroris.
Kelompok agama ini adalah dalam bahasa Arab, negara
ini disebut دوله الاسلاميةفي العراق والشام (Daulah Islamiyyah fie Iraq wa Syam), atau dalam bahasa
Inggris ditulis dalam beberapa versi. Ada yang menyebutnya Islamic State in
Iraq and the Levant (ISIL), Islamic State in Iraq and Syria (ISIS), dan ada
juga yang menyebutnya Islamic State in Iraq and al-Shām (juga disingkat
ISIS) adalah sebuah negara dan kelompok militan jihad yang tidak
diakui di Irak dan Suriah.
ISIS ini seolah menjadi masalah besar dan baru bagi
Negara-negara internasional. Hal ini dikarenakan ISIS merupakan kelompok yang
didukung dan didirikan oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, termasuk
Dewan Syura Mujahidin dan Al-Qaeda di Irak (AQI), termasuk kelompok
pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid
wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, dan sejumlah suku yang mengaku
Sunni. ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras
pada Islam dan mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti
melalui bom bunuh diri, menyiksa dan memukuli orang yang tidak sependapat,
serta dengan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan terutama
terhadap Muslim Syiah.
Perkembangan pergerakan ISIS inipun dirasakan oleh bangsa
Indonesia, dimana sudah ada saudara kita yang mengikrarkan bahwa mereka
bergabung kepada kelompok ISIS ini bahkan merekapun mengajak warga Negara
Indonesia lainnya untuk mau bergabung bersama mereka ini. Kontroversi keberadaan organisasi Islamic State of Iraq
and Syria (ISIS) merebak belakangan ini, setelah beredar video di youtube
yang menayangkan pria berbahasa Indonesia mengajak untuk bergabung dengan
ISIS. Kekhawatiran kemudian muncul terkait apakah isu ISIS ini dimunculkan
hanya untuk mengalihkan perhatian publik dari pilpres 2014 yang saat ini
prosesnya tengah dibahas di MK.
Berita dan perbincangan mengenai ISIS juga mendominasi headline surat kabar maupun media elektronik, mengalahkan
kabar mengenai virus ebola yang telah menewaskan lebih dari 700 orang
di Afrika. Pihak pemerintah melalui Kementerian Agama telah
mengumpulkan berbagai Ormas Islam untuk menangkal eksistensi ISIS di
Indonesia.
Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan juga
telah mengumpulkan pimpinan BNPT, BIN, Polri, TNI, dan
Kementerian Pertahanan untuk membuat langkah strategis dalam menangani
potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari adanya organisasi ini. Pada Sabtu, 9
Agustus 2014 lalu, Menteri Agama telah bertemu dengan hampir semua
organisasi masyarakat dan organisasi kepemudaan yang berazaskan
Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, FPI, Forum Umat Islam, HMI, KAMMI,
dan lainnya. Pada forum tersebut disepakati bahwa ISIS merupakan gerakan
yang radikal dan tidak sesuai dengan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Menag dan ormas Islam juga sependapat untuk menolak keberadaan gerakan
ISIS di bumi Indonesia. Menag bahkan mengancam akan mencabut
kewarganegaraan orang yang berangkat ke Irak/Suriah dalam rangka bergabung
dengan ISIS.
Untuk lebih memperdalam pemahaman kita mengenai, apa itu
ISIS sebenarnya, bagaimana mereka terbentuk, bagaimana pandangan menurut Agama
dan Filsafat Ilmu.
B.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang permasalah diatas, maka dapat ditarik beberapa masalah yang
akan menjadi pembahasan, yakni sebagia berikut
:
1.
Apa itu Aliran ISIS?
2.
Bagaimana sejarah terbentuknya ISIS?
3.
Apa Tujuan Aliran Isis?
4.
Bagaimana Pendapat menurut Agama Mengenai Aliran Isis?
5.
Apa pandangan Aliran Isis menurut pandangan Filsafat Ilmu?
C.
TUJUAN PENULISAN
Merujuk pada latar
belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1.
Memenuhi kriteria penilaian unsur tugas pada mata kuliah Opini Publik
2.
Dapat lebih memahami apa itu ISIS, bagaimana sejarah terbentuknya ISIS
3.
Dapat mengetahui Tujuan Aliran ISIS
4.
Dapat mengetahui pendapat-pendapat menurut kacamata Agama Islam mengenai Aliran ISIS
5.
Dapat mengetahui pandangan ISIS menurut Filsafat Ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ideologi Dan Kepercayaan
ISIS
adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad.[1][1] Seperti al-Qaeda dan banyak kelompok jihad modern
lainnya, ISIS muncul dari ideologi Ikhwanul
Muslimin, kelompok Islam pertama di dunia pada tahun
1920-an di Mesir.[2][2] ISIS mengikuti ekstrim anti-Barat yang
menurutnya sebagai penafsiran Islam, mempromosikan kekerasan agama dan
menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya sebagai kafir dan murtad. Secara bersamaan, ISIS (sekarang IS) bertujuan untuk
mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain
dari Syam.
Ideologi
ISIS berasal dari cabang Islam modern yang bertujuan untuk kembali ke masa-masa
awal Islam, menolak "inovasi" dalam agama yang mereka percaya telah
"korup" dari semangat aslinya. Mereka mengutuk kekhalifahan terakhir
dan kekaisaran Utsmaniyah (Ottoman Empire; sekarang Republik Turki) karena
menyimpang dari apa yang mereka sebut sebagai Islam murni dan karenanya telah
berusaha untuk membangun kekhalifahan sendiri.[3][3] Namun, ada beberapa komentator Sunni, Zaid Hamid, misalnya, dan bahkan Salafi dan mufti jihad seperti Adnan al-Aroor dan Abu Basir al-Tartusi, yang mengatakan bahwa ISIS dan kelompok teroris yang
terkait tidak mempresentasikan Sunni sama sekali, tapi menuduh Khawarij bidah yang melayani agenda kekaisaran anti-Islam.
Salafi
seperti ISIS percaya bahwa hanya otoritas yang sah dapat melakukan kepemimpinan
jihad, dan bahwa prioritas pertama atas pertempuran di daerah lain, seperti
berperang melawan negara-negara non-Muslim, adalah sebagai pemurnian masyarakat
Islam. Misalnya, ketika memandang konflik Israel-Palestina, karena ISIS menganggap kelompok Sunni Palestina Hamas sebagai murtad yang tidak memiliki kewenangan yang
sah untuk memimpin jihad, mereka anggap melawan Hamas sebagai langkah pertama
sebelum menuju konfrontasi dengan Israel.[4][4]
B.
SEJARAH ISIS
ISIS
(Islamic State Of Iraq And Suriah) merupakan organisasi islam yang bertujuan mendirikan Negara Islam
namun bersimpangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. ISIS pertama kali
dibentuk di wilayah Timur Tengah yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdadi.
ISIS adalah kelompok / organisasi
gerilyawan Islam Irak dan Suriah, ISIS terbentuk dari akibat invansi Amerika Serikat
ke Irak pada tahun 2003. Setelah pendudukan Amerika Serikat di
Irak, membuat negara tersebut porak poranda perekonomian lumpuh,
bangunan-bangunan pemerintahan hancur akibat serangan AS, dan dilema
pemerintahan kekosongan kepala negara karena Saddam Hussein ditangkap.
Amerika tidak mempunyai rencana yang
matang membangun negara tersebut, Sejak itu kaum mayoritas Syiah mengambil alih
kekuasaan dan pada gilirannya merepresi golongan Sunni. Tentu saja kalangan
Sunni tidak diam saja. Pemberontakan kalangan Sunni mulai muncul. Kelompok
teroris seperti Al Qaeda masuk ke Irak dan kelompok-kelompok pemberontak lokal
yang terdiri dari kalangan minoritas Sunni mulai bertempur melawan tentara AS.
Irak pun jatuh dalam perang saudara berdarah tahun 2006. Sejak itu, warga Irak
terbelah berdasarkan agama, Sunni yang umumnya tinggal di utara dan Syiah yang
umumnya di selatan.
Arab Saudi dan Iran merupakan dua
pemain penting dalam Sunni dan Syiah. Kedua negara itu tidak punya pemisahan
antara agama dan negara, masalah dalam negeri dan uang yang banyak dari minyak.
Kedua negara menyokong kelompok-kelompok yang bertempur melawan kelompok lain
yang berbeda orientasi agama. Salah satu organisasi teroris yang disokong Saudi
adalah Negara Islam Irak (ISI). Tahun 2010, Arab Spring pecah dan mengubah
situasi di Timur Tengah. Namun, di Suriah, diktator Bashar Al Assad yang
berasal dari kalangan Syiah tidak berpikir akan mundur dari jabatannya. Perang
sudara pun terjadi. Tentara Assad membunuh rakyat mereka sendiri. Semakin lama perang
itu berlangsung, semakin banyak kelompok-kelompok milisi asing bergabung dalam
peperangan itu. Kebanyakan dari mereka datang karena alasan agama. Mereka
bertujuan dapat mendirikan sebuah negara Islam di kawasan itu.
Salah satu dari kelompok itu adalah
ISI, yang sekarang menjadi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka sudah
berperang di Irak selama beberapa tahun dan punya ribuan tentara yang terlatih
baik dan fanatik. Mereka telah menguasai Irak utara dan sangat berhasrat untuk
mendirikan negara berdasarkan agama yang mereka kelola sendiri. Kedatangan
mereka mengubah perang di Suriah ke situasi yang tidak pernah diduga orang
sebelumnya. ISIS sangat brutal dan radikal sehingga kelompok itu segara
terlibat peperangan dengan hampir semua faksi lainnya dalam kalangan
pemberontak Suriah. Mereka menyerang dan membunuh anggota kelompok teroris
lainnya. Di wilayah yang dikuasai, mereka mendirikan negara Islam dengan aturan
yang sangat keras, bahkan jika dibandingkan dengan Al Qaeda. Arab Saudi pun
terkejut dan menarik dukungannya.
ISIS merupakan negara baru yang
dideklarasikan oleh Abu Bakar al-Baghdady pada tanggal 9 April 2013,
menyusul terjadinya perang saudara di Irak dan Suriah. Tentu saja proklamasi
kemerdekaan ini masih bersifat sepihak, dimana Pemerintah Suriah dan Pemerintah
Irak tak merestuinya. Begitu pula Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sama sekali
belum mengakuinya sebagai negara yang berdaulat.
Jadi dalam sebuah ironi tragis
sejarah, invasi AS justru melahirkan kaum teroris yang pada awal hendak
disingkirkan AS. Kini, Irak malah menjadi lokasi sempurna pelatihan terorisme.
Banyak kalangan internasional yang menduga bahwa ISIS ada dibawah kendali CIA
untuk melancarkan propaganda politik memecah persatuan Islam. Bahkan ISIS
dengan cepat masuk di Indonesia dan mulai menampakkan diri di publik.
Dalam bahasa Arab, negara ini
disebut دوله الاسلاميةفي العراق والشام (Daulah Islamiyyah fie Iraq wa Syam), atau dalam bahasa Inggris ditulis
dalam beberapa versi. Ada yang menyebutnya Islamic State in Iraq and the Levant
(ISIL), Islamic State in Iraq and Syria (ISIS), dan ada juga yang menyebutnya
Islamic State in Iraq and al-Shām (juga disingkat ISIS). ISIS baru-baru ini
memutuskan bahwa sudah saatnya menguasai wilayah yang lebih luas di Irak. Sejak
AS meninggalkan Irak, Perdana Menteri Nouri Al Maliki dari kalangan Syiah telah
memonopoli kekuasaan dan sedapat mungkin mendiskriminasi golongan Sunni.
Pemerintah Irak secara luas dinilai korup, tidak becus, dan tentu saja dibenci
oleh sebagian besar warga negara itu.
Meski secara de jure belum diakui
negara-negara lain, faktanya ISIS telah menguasai wilayah seluas 400.000 km2,
yang meliputi wilayah di Irak dan Suriah. Untuk sementara, Kota Raqqah yang
berada di Suriah ditetapkan sebagai ibu kota negara.
Militer Irak mempunyai 300.000
tentara yang dibentuk dengan menghabiskan 25 miliar dollar AS uang pajak,
tetapi mereka tidak loyal kepada pemerintahnya dan telah mundur atau bubar.
Sejumlah kota di negara itu pun jatuh ke tangan ISIS yang telah mengumumkan
bahwa siapa saja yang menentang mereka akan dibunuh. ISIS telah membuktikan
bahwa mereka serius dengan ancaman tersebut.
Daerah kekuasaan ISIS yang
disimbolkan dengan warna merah di atas terbagi menjadi 16 wilayah administrasi,
dengan rincian sebagai berikut:
Daerah kekuasaan ISIS di
Irak :
1. Wilayah Selatan
2. Wilayah Diyala
3. Wilayah Baghdad
4. Wilayah Kirkuk
5. Wilayah Salahuddin
6. Wilayah Anbar
7. Wilayah Ninewa.
Daerah kekuasaan ISIS di Suriah :
1. Wilayah Al Barakah (Hasaka)
2. Wilayah Al Kheir (Deir al Zour)
3. Wilayah Al Raqqah
4. Wilayah Al Badiya
5. Wilayah Halab (Aleppo)
6. Wilayah Idlib
7. Wilayah Hama
8. Wilayah Damaskus
Pada 24 Juni 2014, ISIS
merebut sebagian wilayah Irak, termasuk kota Mosul, kota terbesar kedua di
negara itu. Mereka menguras ratusan juta dana dari bank-bank yang mereka
kuasai. Pengurasan dana bank itu membuat mereka menjadi kelompok teroris
terkaya di dunia.
ISIS sedang berperang melawan pemerintah Irak dan telah mengambil alih sejumlah kota di negara itu. Kelompok tersebut sedang berupaya untuk membangun sebuah khalifah Islam yang mencakup sebagian wilayah Irak dan Suriah dan sudah mulai memberlakukan hukum syariah di kota-kota yang dikuasanya.
ISIS telah mengancam akan menghancurkan setiap tempat-tempat suci yang dianggap tidak Islami.
Keluarga-keluarga Kristen melarikan diri dari Mosul bulan ini setelah kelompok sempalan Al-Qaeda itu mengeluarkan ultimatum kepada orang Kristen Irak yang tinggal di sana: masuk Islam, membayar pajak atau mati.
Menurut CNN, ISIS telah meledakkan beberapa situs suci Sunni dalam beberapa minggu terakhir di Mosul. Bulan lalu, kelompok itu menghancurkan tujuh tempat ibadah Syiah di kota Tal Afar yang didominasi Syiah Turkmen, sekitar 50 kilometer di sebelah barat Mosul, lapor Human Rights Watch yang mengutip sumber-sumber lokal.
Ledakan di makam Yunus itu terjadi pada hari yang sama saat delapan orang tewas dan dua lainnya luka-luka ketika jet tempur Irak mengebom sebuah toko di lingkungan Al-Dubat, kata Dr Mohammed Fadel, direktur rumah sakit utama Mosul.
Di pusat kota Baghdad, dua bom mobil meledak di sebuah jalan komersial yang sibuk di distrik Karrada. Sedikitnya empat orang tewas dan 14 lainnya terluka, kata petugas polisi di ibukota tersebut.
Masih hari Kamis, anggota parlemen Irak telah memilih
Fuad Masum menjadi presiden negara itu. Masum adalah politikus kawakan Kurdi
dan anggota senior dewan kepemimpinan Uni Patriotik Kurdistan. Dia telah
menjadi anggota parlemen Irak sejak tahun 2005 dan kepala aliansi blok Kurdi di
sana selama empat tahun terakhir. Wakil Presiden AS Joe Biden telah menelepon
Masum untuk mengucapkan selamat.
C.
TUJUAN ISIS
Dari awal sampai pada pembentukan negara Islam murni telah menjadi salah satu tujuan
utama dari ISIS. Salah satu "perbedaan yang signifikan" antara Front Al-Nusra dan ISIS adalah bahwa ISIS
"cenderung lebih fokus pada membangun pemerintahan sendiri di wilayah yang
ditaklukkan". Sementara kedua kelompok berbagi ambisi untuk membangun
sebuah negara Islam, ISIS dengan "jauh lebih kejam melakukan serangan sektarian
dan memaksakan hukum syariah secara segera". ISIS akhirnya mencapai
tujuannya pada tanggal 29 Juni 2014, ketika itu dihapus "Irak dan
Levant" dari namanya, dengan mulai menyebut dirinya sebagai Negara Islam,
dan menyatakan wilayah okupasi di Irak dan Suriah sebagai kekhalifahan baru.
Pada tanggal 4 Juli 2014, Persatuan Ulama Muslim Se-Dunia (IUMS),
yang dipimpin oleh Syaikh Yusuf Qaradhawi,
mengeluarkan pernyataan bahwa deklarasi khilafah yang dilakukan ISIS untuk
wilayah di Irak dan Suriah tidak sah secara syariah Islam.
D.
PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP ALIRAN ISIS
ü Pandangan
Ketua Umum Muhammadiyah
Din Syamsuddin selaku ketua umum Muhammadiyah, mengatakan
bahwa ISIS bertentangan dengan kadiah Islam. Karenanya, umat Islam diminta
untuk mewaspadai dan tidak terpengaruh dengan agitasi kelompok sektarian itu.
“ISIS menempuh cara-cara kekerasan, memaksakan kehendak,
mengancam/meneror, dan membunuh orang yang tidak berdosa,” kata Din Syamsuddin,
4 Agustus 2014.[5][5]
Din Syamsuddin menegaskan, cara itu bertentangan dengan
ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tokoh Muhammadiyah ini juga
meminta umat Islam seluruh dunia untuk menolak ISIS.
ü Pandangan
Majelis Intelektual dan Ulama Muda
Indonesia
Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI)
beserta lembaga-lembaga yang bergabung dengannya berkewajiban untuk
menyampaikan pandangan dan sikap sebagai nasihat bagi umat Islam Indonesia dan
seluruh komponen masyarakat yang membutuhkannya sebagai berikut:
1. Bahwa kekhilafahan
ditegakkan untuk melaksanakan hukum syari’at secara kaffah, lurus dan benar
dalam keadaan damai tanpa ada intimidasi; melindungi agama, jiwa, akal, harta,
dan kelangsungan regenerasi umat; mewujudkan persaudaraan Islam yang hakiki,
dan membangun peradaban dengan cahaya Islam.
2. Bahwa Imamah bukan
merupakan pokok agama dalam pandangan ahlu sunnah wal jamaah melainkan sebagai
furu’ (cabang) agama, maka tidak boleh dijadikan alat untuk mengkafirkan bagi
yang tidak setuju.
3. Bahwa pelaksanaan
pengangkatan seorang pemimpin menjadi Khalifah kaum muslimin (pembai’atan)
harus melalui prosedur Musyawarah Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang merepresentasikan
para Ulama Islam sedunia, sebagaimana ditegaskan Khalifah Umar bin Khathab
Radhiyallahu ‘anhu dalam shahih Bukhori bahwa beliau berkata: “Siapa yang
membaiat seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, dia jangan diikuti, demikian
pula yang membaiatnya, agar tidak terjerumus untuk dibunuh keduanya.”
4. Bahwa pengangkatan pemimpin
ISIS menjadi Khalifah tidak melalui prosedur musyawarah yang benar, yaitu
ketidakjelasan identitas para Ahli Syura yang mengangkatnya maupun identitas
pemimpin yang diangkatnya sebagai Khalifah dan Imam tertinggi Daulah Islamiyah
itu sendiri. Dengan demikian pembai’atan itu itu sendiri tidak benar secara
syar’i.
5. Bahwa telah terjadi
penolakan dan pengingkaran tentang keabsahan Khilafah Daulah Islamiyah bentukan
ISIS yang dinyatakan oleh para Ulama dunia, baik yang berdomisili di wilayah
Iraq dan Syam itu sendiri maupun di berbagai negeri muslim yang lain. seperti
yang dinyatakan oleh Ittihad ‘Aalamy li ‘ulama al Muslimin (Persatuan ulama
dunia Islam) yang dipimpin oleh Syekh Dr Yusuf Qardhawi, Rabithah ulama
Muslimin Ikatan Ulama Islam sedunia, Syekh Abdullah bin Muhammad bin Sulaiman
Al Muhaisini, Ketua Rabithah Ulama Syam Syekh Usamah Rifa’i dan Syekh Abdul
Muhsin bin Al ‘Abbad.
6. Menyerukan kepada
seluruh kaum muslimin untuk tidak latah ikut-ikutan tanpa dasar ilmu yang jelas
dan bisa dipertanggungjawabkan, serta harus tetap waspada dan tidak
terprovokasi dengan isu-isu yang dikembangkan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab yang hendak memecah belah dan memancing situasi konflik dan
disintegrasi internal umat Islam di negara Indonesia. Serta berprasangka baik
dan bersikap adil terhadap saudara-saudara muslim yang sedang memperjuangkan
harga diri dan kehormatan Islam di Irak, Syam dan seluruh dunia, sebagaimana
yang diperintahkan Allah SWT dalam Al Maidah ayat 8: “Hai orang-orang yang
beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS: Al-Maidah
Ayat: 8)
7. Menyerukan kepada
ormas-ormas Islam agar bersama-sama berperan aktif meningkatkan kerjasama dan
koordinasi dalam membangun situasi yang kondusif, tenang, damai, penuh
kekeluargaan serta persahabatan di tengah umat dan bangsa.
8. Menghimbau Pemerintah
Indonesia agar tetap bersikap bijak, adil dan transparan dalam menangani
kemungkinan terjadinya ekses negatif dari deklarasi Kekhalifah ISIS tersebut
sehingga adanya kesalahfahaman di sebagian kalangan kaum muslimin di Indonesia
tidak memicu potensi konflik yang lebih besar lagi.
9. Menyerukan kepada
seluruh masyarakat, khususnya lembaga-lembaga sosial dan kemanusiaan untuk
tetap konsisten membantu rakyat korban bencana kemanusiaan di Suriah dan
Palestina.
10. Mendoakan semua pihak yang terlanjur terlibat
dengan tanpa dasar ilmu, semoga Allah SWT memberi taufiq dan hidayahnya kepada
kita semua agar dapat kembali ke jalan yang benar yang diridhainya dan
mengampuni segala khilaf dan kelemahan kita semua. Amin.
ü Pandangan
ketua Umum Nadhatul Ulama
“Ini (ISIS) adalah gerakan ekstrim yang tidak menghormati
kedaulatan negara,” Ia juga gerakan politik yang bisa mengancam kedaulatan
dan konstitusi. ISIS termasuk dalam kategori gerakan transnasional politik
agama. Itulah sebabnya organisasi ini dinilai sangat berbahaya. “Sistem negara
itu berbeda-beda, kalau dipaksakan bisa merusak konstitusi dan integritas
negara lainnya,”.[6][6]
E.
PANDANGAN FILSAFAT ILMU TERHADAP ALIRAN ISIS
Filsafat ilmu adalah bagian
dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu[7][7].
John Macmurray
Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan
kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang
terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan
ilmu.
Berfilsafat yakni berfikir keras dan cerdas tentang ilmu
dan berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah mengenai Apa dan bagaimana
tenntang konsep dilahirkan dan pernyataan yang ilmiah, bagaimana konsep tersesbut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat
menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi,
formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap
masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam
dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Ontologi
adalah Teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus
pada suatu kebenaran.
Epistemologi
adalah studi tentang pengetahuan,
bagaimana kita mengetahui benda-benda, Contoh beberapa pernyataan yang
menggunakan kata “tahu” yang berdeda sumber maupun validitasnya:
·
Tentu
saja saya tahu ia sakit, karena saya melihatnya;
·
Percayalah,
saya tahu apa yang saya bicarakan;
·
Kami
tahu mobilnya baru, karena baru kemarin kami menaikinya.
Aksiologi
adalah cabang filsafat
ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan
ilmunya.[8][8]
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori),
yang berarti teori tentang nilai.
Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara
lain:
·
Untuk
apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
·
Bagaimana
kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
·
Bagaimana
penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
·
Bagaimana
kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional?
(filsafat etika).
Pandangan
Isis menurut kacamata Filsafat Ilmu yang berkaitan dengan ontology,
epistimologi, dan aksiologi.
Dari Segi ruang lingkup ontology ISIS ialah
organisasi/kelompok agama yang Radikal
IRAK dan SURIAH yang ingin menciptakan kembali sitem kekhalifahan di Era Modern
ini setelah Mustafa Kemal Fasha At-Taturk (seorang perwira militer dan
negarawan Turki yang memimpin revolusi Negara) juga
presiden pertama di Turki yang memecah daulah kekhalifahan islamiyah pada saat
itu tidak ada pemerintahan di setiap negara Islam hanya satu daulah Bani
Abasiyyah yang mengendalikan wilayah Islam secara Keseluruhan yang bertempat di
Bagdad yaitu Ibukota Irak dia memutuskan hubungan dengan daerah-daerah luar
Irak, kelompok / organisasi gerilyawan
Islam Irak dan Suriah dengan cara-cara yang dilakukan tetapi tidak menjurus
pada suatu kebenaran ISIS menghalalkan
dan melakukan penumpahan darah orang-orang Islam dan non-Muslim,
sebagaimana dilansir FNA Ahad, ISIS sangat mencoreng citra Ahlussunnah, sangat
melecehkan Islam, dan memperkenalkan Islam sebagai agama main-main, sia-sia,
pembunuhan dan pembantaian orang lain, sebab seorang Muslim tidak akan membunuh
Muslim lainnya, dan hanya berperang dengan non-Muslim apabila pihak lawan
memulai perang, dari cara-cara sperti itu yang sifatnya Radikal dan sparatis
Realitas ISIS hanya menggunakan label ISLAM tetapi tidak menggunakan ajaran-ajaran
yang sesuai dengan Syariat Islam.
Dari segi epistimologi ISIS ialah pengetahuan yang bisa
dikaji kita mengetahui ada kelompok ISIS dari Media Elektronik (social) Negara
Islam Irak dan Suriah (ISIS) membunuh lima orang wartawan sebuah stasiun televisi
Libya di wilayah timur negeri itu. Demikian penjelasan seorang komandan
angkatan darat Libya, Senin (27/4/2015). Kelima wartawan itu sudah menghilang
sejak Agustus tahun lalu, saat mereka meninggalkan kota Tobruk setelah meliput
pelantikan parlemen negeri itu. Usai liputan ke Tobruk, kelima jurnalis itu
sedianya akan menuju kota Benghazi dan melewati kota Derna, salah satu basis
kelompok militan.[9][9] Dari segi Epistimologi ini kita sudah mengetahui melalui
Media Elektronik (social) ISIS sudah membunuh banyak orang Islam maupun
non-Islam, pengetahuan yang sudah diketahui Aliran ISIS Mereka hanya meletakkan
nama Muslim pada diri mereka, namun mereka sama sekali tidak memahami agama
Islam yang hakiki.
kemudian dari segi Aksiologi mengenai Aliran ISIS setelah
kita mengetahui bahwa aliran ekstremis yang menyimpang dari
prinsip-prinsip jihad
bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain
dari Syam itu melenceng dari sumber ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
untuk tidak mengikuti ajaran ini, dalam pembahasan ruang lingkup dari segi
aksilogi untuk apa ilmu pengetahuan digunakan hanya untuk diketahui oleh
Umat Islam bahwa ajaran yang pertama kali (ISIS)
dibentuk di wilayah Timur Tengah
yang dipimpin oleh Abu Bakar Al-Baghdadi itu tidak sesuai dengan Makna Jihad yang
sebenarnya.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ISIS
memiliki konsep yang salah dan cenderung ekstrem. Kelompok ini
beranggapan, siapa pun yang tidak berada
di lingkungan mereka dianggap sesat sehingga harta dan benda orang di luar
golongan itu dianggap halal ISIS telah menguasai beberapa daerah yang ada di
Irak dan Suriah mereka membuat hotel termewah berbintang dan dananya dari
beberapa bank mereka memalak ini tidak menunjukan bahwa ia melakukan Syariat
Islam secara Kaffah melainkan sebaliknya. ISIS memiliki tujuan untuk membentuk
Daulah Islamiyah atau negara Islam dalam pimpinan satu Khalifah. Saat ini ISIS
dipimpin Abu Bakar Al Baghdady. Padahal dalam syariatnya seorang Khalifah itu
diangkat melalui Ahlul Akdi wal Aqli. Ini mungkin yang membedakan konsep
Khilafah yang digulirkan oleh Ikhawanul Muslimin dan Hizbut Tahrir. ISIS juga
banyak menghancurkan tempat-tempat Ibadah umat muslim Ahli Sunnah yang mereka
anggap adalah tempat Ibadah Syiah (Mereka bersouzon dan dengan unsure
kesengajaan).
Mereka
bukan umat Islam, karena seandainya mereka memahami Islam maka mereka tidak
akan berbuat sedemikian rupa. Mereka hanya meletakkan nama Muslim pada diri
mereka, namun mereka sama sekali tidak memahami agama Islam yang hakiki. Jika
mereka memahami agama islam yang hakiki mereka tidak akan pernah membunuh
banyak orang Muslim maupun non-muslim kecuali dengan alas an yang jelas salah
satu kasus ketika 5 orang yang sedang meliput ke daerah ISIS mereka tiba-tiba
menghilang dan sudah ditemukan bahwa mereka sudah terbunuh mereka dari Negara
Libya.
ISIS
tidak mewakili Ahlussunnah karena mazhab Ahlussunnah tidak melanggarkan hal-hal
yang diharamkan Allah dan tidak menganiaya orang-orang yang tak berdosa,
apalagi umat Islam sendiri, sedangkan ISIS menghalalkan dan melakukan
penumpahan darah orang-orang Islam dan non-Muslim, ISIS sangat mencoreng citra
Ahlussunnah, sangat melecehkan Islam, dan memperkenalkan Islam sebagai agama
main-main, sia-sia, pembunuhan dan pembantaian orang lain, sebab seorang Muslim
tidak akan membunuh Muslim lainnya, dan hanya berperang dengan non-Muslim
apabila pihak lawan memulai perang.
Kekhilafahan
ditegakkan untuk melaksanakan hukum syari’at secara kaffah, lurus dan benar
dalam keadaan damai tanpa ada intimidasi melindungi agama, jiwa, akal, harta,
dan kelangsungan regenerasi umat mewujudkan persaudaraan Islam yang hakiki, dan
membangun peradaban dengan cahaya Islam sedangkan ISIS tidak melaksanakan hukum
Syari’at secara benar mereka mengintimidasi banyak orang sehingga banyak orang
ketakutan (khususnya didaerah IRAK) jika tidak mengikuti dan mendukung ISIS dan
ikut serta membangun daulah/Negara Islam. Semestinya mereka mewujudkan
persaudaraan Islam.
Pelaksanaan
pengangkatan seorang pemimpin menjadi Khalifah kaum muslimin (pembai’atan)
harus melalui prosedur Musyawarah Ahlul Halli wal ‘Aqdi yang merepresentasikan
para Ulama Islam sedunia, sebagaimana ditegaskan Khalifah Umar bin Khathab
Radhiyallahu ‘anhu dalam shahih Bukhori bahwa beliau berkata: “Siapa yang
membaiat seseorang tanpa musyawarah kaum muslimin, dia jangan diikuti, demikian
pula yang membaiatnya, agar tidak terjerumus untuk dibunuh keduanya”, tidak ada
pembaiatan yang mesti dilakukan Ahlul Halli Wal Aqdi terhadap ABU BAKAR
AL-BAGHDADY (Pemimpin ISIS).
Kekejaman
Luar Biasa Tak berbeda dengan Israel, ISIS pun telah melakukan aksi kekejaman
di sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Suriah, Irak, Yaman, Libya, dan
Afghanistan. ISIS bukan hanya membantai manusia dengan berondongan senapan
mesin, roket, dan bom, tapi ISIS juga sampai hati menyembelih manusia dan
memisahkan kepala dari tubuhnya hanya dengan menggunakan pisau tumpul. ISIS
juga akan tetap membunuh para korbannya meski mereka dalam kondisi lemah dan
telah meratap minta ampun. Tak ada satupun kelompok Islam sejak jaman Nabi
Muhammad yang melakukan kejahatan manusia begitu rupa sebagaimana ISIS melakukannya
saat ini. Cenderung membunuh Muslim Dari track record aktifitasnya, ISIS seolah
segaja diciptakan hanya untuk membunuhi kaum Muslim tewas dibantai
ISIS.
ISIS dengan bangga memamerkan tangannya yang penuh lumuran darah para pembaca
Syahadat, nauzubillahi min dzalik, tunjukanlah yang beragama Islam bahwa Islam adalah agama
yang ramah dan anti-kekerasan.
Mereka
lebih kejam dari kelompok radikal mana pun mereka akan lebih sadis jika
dibandingkan dengan teroris Bom Bali, bagaimana tidak ISIS membunuh orang-orang
Muslim juga dengan alasan tidak sependapat dengan aksinya.
Para
ulama dan kelompok ekstremis lain kemudian mencap ISIS sebagai penganut khawarij, yakni konsep
pengkafiran orang-orang di luar paham yang dianut oleh kelompok tertentu. Salah
satu bukti yang menguatkan tuduhan ISIS sebagai penganut khawarij adalah
tindakannya yang mudah mengkafirkan pihak lain tanpa pandang bulu. Bagi ISIS,
menghalalkan darah pihak-pihak yang kontra dengannya adalah hal yang benar,
sekalipun lawannya adalah Muslim. Tidak heran mengapa ISIS mudah sekali
menghukum mati orang-orang di luar kelompoknya.
ISIS
bisa dikatakan Bughat atau pembangkang di Negara Irak, semestinya wajib di
bunuh jika tidak ingin mengikuti pemerintahan di Negara Irak, sedangkan isis
sedang berperang melawan pemerintahan Irak dan banyak mengambill alih sejumlah
kota di Negara tersebut.
ISIS
telah mengancam akan menghancurkan setiap tempat-tempat suci yang dianggap
tidak Islami.
Ledakan
di makam Yunus itu terjadi pada hari yang sama saat delapan orang tewas dan dua
lainnya luka-luka ketika jet tempur Irak mengebom sebuah toko di lingkungan
Al-Dubat, kata Dr Mohammed Fadel, direktur rumah sakit utama Mosul. Mereka pun
telah menghancurkan 8 tempat ibadah SUNNI (sesuai dengan Syariat Islam) mereka
memang bukan Islam hanya labelnya saja yang Islam tetapi aliran Islam Sunni
yang toh sesuai dengan syariat malah dihancurkan beberapa tempat Ibadahnya di
Mosul.
Mereka
(ISIS) bukan Islam. Meskipun ucapan mereka Allah Akbar, biar pun ucapan mereka
Lailahaillallah, Allah tidak peduli dengan ucapan mereka. Allah hanya peduli
dengan hati dan bagaimana perbuatan mereka, ISIS sama sekali tidak mencerminkan
hati seorang muslim. Orang Islam, kata dia, sangat menjunjung tinggi akhlak,
persaudaraan, perdamaian, solidaritas dan kemakmuran bersama.
ISIS
itu bukan Islam, mereka akarnya itu Amerika, sengaja dibentuk untuk
menghancurkan Islam, ISIS kelompok yang melanjutkan misi barat untuk
menjelekkan Islam di mata dunia, dengan propaganda dan tindakan keji
mengatasnamakan Islam. Sehingga sebagian orang mulai terpengaruh dan makin
takut ketika mendengar kata syariat Islam. Padahal tindakan ISIS dan Islam
sangat bertolak belakang.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.tempo.co/read/news/2014/08/02/078596814/Ini-Alasan-Kominfo-Belum-Blokir-Video-ISIS http://kaharuddinsyam.blogspot.com/2014/08/alasan-mengapa-isis-dilarang-berkembang.html
regional.kompas.com/read/2015/04/10/19553281/Hidayat.Nur.Wahud.selain.Radikalisme.Separaratisme.juga.Harus.Diperhatikan.html
Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa
Tokoh. dan Ruang Lingkupnya. http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-filsafat.html#ixzz3ZyhkimXh
\\[1][1] a b "Islamic State". Australian
National Security. Australian Government. Diakses 22 July 2014.
[2][2] Hussain,
Ghaffar (30 June 2014). "Iraq
crisis: What does the Isis caliphate mean for global jihadism?". The
Independent. Diakses 6 July 2014.
[3][3] Fernholz, Tim
(1 July 2014). "Don’t believe the people
telling you to freak out over this "ISIL" map". Quartz.
Diakses 6 July 2014.
[4][4] Mamouri, Ali (29 July 2014). "Why Islamic State has no
sympathy for Hamas". Al-Monitor.
Diakses 1 August 2014.
[7][7] Vardiansyah,
Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman
20.
[8][8] Vardiansyah,
Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Halaman
91
Comments
Post a Comment